Blog ini lahir dari keinginan berbagi aneka tulisan yang sempat saya baca.Karena artikel-artikel yang bagus sayang kalo terlewatkan dan terbuang percuma, jadi saya tulis lagi dalam blog ini.

Karena isinya bisa tentang religi, kesehatan, bisnis, ato apa aja.. jadi dinamain gado-gado deh...ehm ennakk...

Tapi maaf kalo kata-katanya tidak persis dengan naskah aslinya.

Selasa, 03 Maret 2009

Di Tilang Polisi Yang Ternyata Teman Lamaku

Dari kejauhan lampu lalu lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jono segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan itu cukup padat, jadi lampu merah menyala lebih lama. Kebetulan jalan di depannya agak lengang. Lampu berganti kuning. Hati Jono berdebar, berharap semoga ia bias melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan. Lampu merah menyala.
Jono bimbang, haruskah ia berhenti ato terus saja ‘ ah aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak’ pikirnya sambil terus melaju.

Pritt.

Diseberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya untuk berhenti. Jono menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hei itu kan Bobi, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jono agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
‘ Hai Bob, senang sekali ketemu kamu lagi !’
‘ Hai Jon’ tanpa senyum
'Duh sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru,istri saya sedang menunggu di rumah’.
‘oh ya?’ tampaknya Bobi agak ragu. Nah bagus kalau begitu
‘Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat dong’
‘ Saya mengerti, tapi sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini’
Ooooo, sepertinya tidak sesuai harapan, Jono harus ganti strategi.
‘Jadi kamu hendak menilangku? Sungguh tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewakti aku lewat lampu kuning masih menyala’
Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.
‘ Ayo dong Jon, kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIM-mu’

Dengan ketus Jono memberikan SIM, lalu masuk kedalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bobi menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela. Jono memandang wajah Bobi dengan penuh kecewa.
Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah lima senti sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya. Jono mengambil surat tilang yang di selipkan Bobi di sela kaca jendela. Disitu di tulis jam dan tanggal harus menghadiri sidang serta pelanggaran yang di buat Jono.

Tapi hei apa ini? Ternyata secarik kertas kecil di selipkan bersama kertas tilang. Buru2 Jono membuka catatan kecil berisi tulisan tangan Bobi.

‘ Halo Jono. Tahukah kamu Jon, aku dulu punya seorang anak perempuan. Sayang ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada.. Kami masih terus berusaha dan berharap Tuhan berkenan mengaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jon, Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah (Salam.Bobi)'

Jono terhenyak, ia segera keluar dari kendaraan mencari Bobi. Namun Bobi sudah meninggalkan pos jaganya. Entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya di maafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

Kutipan dari Surat Pembaca Suara Merdeka (M. Prasetyo Utomo, ST)